Assalamu’alaikum sobat,
Mungkin diantara kita pernah mencoba sebuah strategi atau taktik pemasaran, tapi ternyata hasilnya kurang memuaskan. Padahal orang lain bisa berhasil.
Atau kita sudah membaca buku atau mengikuti workshop marketing, tetapi hasilnya tidak baik, tidak sesuai harapan.
Apakah caranya salah?
Ternyata … bukan hanya kita yang salah.
Tung Desem Waringin, Robert G. Allen, dan Laksita Utama Suhud dalam bukunya pernah cerita bahwa usaha marketing mereka tidak selalu berhasil pada percobaan pertama.
Jadi, jika usaha marketing kita tidak berhasil, itu adalah wajar. Rugi gara-gara marketing yang gagal juga hal yang wajar.
Lalu bagaimana agar berhasil?
Coba lagi dengan cara yang lebih baik: perbaikan cara lama atau cara baru yang memiliki harapan keberhasilan lebih baik.
Lalu, buat apa belajar marketing jika tetap harus coba-coba?
Tentu berbeda, saat kita mengerti strategi, taktik, dan teknik marketing, maka trial error kita tidak akan terlalu banyak. Berbeda dengan orang yang tidak mengetahui sama sekali tentang pemasaran, bisa jadi trial errornya sangat banyak dan lebih mahal jatuhnya.
Jika Anda pernah belajar marketing, mungkin pernah mengenal A/B testing. Belum? Kalau gitu perlu belajar lagi 🙂 Tung Desem mengatakan “Test dan Ukur”.
A/B testing adalah rencana pemasaran untuk menguji berbagai variable pemasaran.
Ternyata, untuk nguji marketing juga ada ilmunya juga. Bahkan ada biayanya.
Robert G. Allen memasang banyak iklan di banyak media untuk menguji iklan mana yang paling berhasil. Banyak iklan yang gagal.
Begitu juga ahli facebook advertising selalu menguji iklan-iklan untuk menemukan iklan yang terbaik. Bedanya, kalau sudah jago, ngujinya nggak akan lama-lama.
Intinya, untuk menemukan strategi, taktik, dan teknik marketing terbaik itu perlu ilmu, perlu kesabaran, perlu pengorbanan, dan perlu modal (bisa modal uang atau waktu).
Mudah-mudahan bermanfaat, dari saya yang masih banyak belajar. Jika tidak setuju, abaikan saja.